Mengejar Surga di Telapak kaki Ibu

Mengejar surga dengan cara berbakti kepada kedua orang tua. Mulai dengan cara kita mendidik anak sejak lahir hingga dewasa sehingga menjadi anak yang sholeh dan solehah.

Mengejar Surga di Telapak kaki Ibu

Surga di Telapak kaki Ibu

Ask.web.id - Tentu kita masih ingat dong dengan dongeng si Malin Kundang? Meski kisahnya jangan sampai dipercaya karena tak mungkin terjadi. Tapi kita ambil saja hikmahnya. Bahwa, apa pun kondisi orang tua khususnya ibu, perannan-Nya jangan sampai dilupakan.

Bayangkan, siapa yang bisa melebihi jada seorang ibu! Sembilan bulan kita dikandungan dengan susah payah. Bayangkan saja, seandainya kamu jadi ibu, selama sembilan bulan kamu membawa benda yang beratnya tiga kiloan.

Selain itu benda yang dibawa kemana-mana harus kamu jaga sedemikian rupa agar tidak terantuk, terbentur, atau tergoncang keras yang bisa berakibat fatal.

Kamu juga harus memberinya makan yang bukan sembarang makanan. salah-salah kalau salah makan, benda yang kamu bawa bisa rusak, atau pertumbuhannya tidak sempurna. Bahkan, bisa jadi gugur sebelum waktunya.

Nah, benda yang dimaksud itu adalah kita-kita. Lalu, mengapa masih banyak remaja (anak) yang tidak peduli dengan orang tuanya?

Di satu sisi, fenomena ini tidak bisa dilepaskan begitu saja dengan didikan orang tua. Bisa jadi saat ini orang tua nampaknya kekurangan waktu untuk memperhatikan anaknya. Khususnya dalam memahami anak.

Padahal, waktu menjadi faktor utama bagi orang tua dalam melakukan interaksi dengan anak. "karena anak memiliki karakter berbeda. Maka orang tua harus memiliki perhatian khusus."

Karenanya pendekatan orang tua harus sesuai dengan usia anak-anak. Mungkin pembaca pernah dengar ceramah Ustadz Ihsan Tandjung yang dalam ceramahnya "mengklasifikasikan hubungan anak dengan orang tua menjadi tiga tahapan."

Seraya mengutip ucapan Ali bin Abi Thalib, Ustadz Ihsan memaparkan:

Tahap Mendidik Anak

  1. Saat usia anak diantara baru lahir sampai usia tujuh (7) tajun yaitu mendekti anak dengan dengan pendekatan permainan, maka ajaklah anak bermanin.

  2. Usia tujuh (7) sampai empat belas (14) tahun, mulai berilah aturan-aturan.

  3. Lalu saat di usia empat belas (14) sampai dua puluh satu (21) tahun maka yang harus dilakukan adlah menjadi sahabat mereka. Maksudnya, melakukan pendekatan sebagai mitra yang banyak melalukan diskusi dengan anak.

Harus diketahui juga dalam melakukan pendekatan, minimal harus ada lima unsur. Yaitu:

Lima Pendekatan Kepada Anak

  • Keteladan
  • Membangun kebiasaan
  • Memberi nasihat
  • Mengontrol
  • Memberi sanksi atau reward

Kelima unsur diatas harus lengkap. Hanya sayang banyak orang tua yang tidak memberikan lima unsur ini dalam melakukan pendidikan terhadap anaknya.

Coba lah orang tua bekerja sama dengan pihak lain dalam mengembangkan potensi anak. karena anak memiliki minat dan potensi yang beragam. Serta tak lupa juga melakukan hubungan dengan teman-teman si anak.

Kalau bisa orang tua juga memposisikan diri sebagai teman terhadap anak-anaknya. Hibungan ini hendaknya terjalin sejak dini. Sehingga, ketika anak menginjak remaja orang tua sudah dapat memahami karakternya.

Mengembalikan Rasa Hormat Anak

Untuk menumbuhkan kembali rasa hormat kepa orang tua. Semestinya kita sebagai orang tua harus mampu menanamkan pemahaman, bahwa anak berasal dari orang tua, khususnya ibu yang mengandungnya sembilan bulan.

Segala yang didapat oleh anak berawal dari orang tua, terutama dalam memberikan dan menjaga kesehatan anak hingga bisa menjadi besar dan dewasa.

So, tak bisa dipungkiri, peranan orang tua terhadap anaknya tak terhingga besarnya. Paling tidak ini dirasakan oleh saya sendiri. Jika orang tua sngat berperan sekali membantu memecahkan permasalahan anak.

Peran orang tua begitu terasa kala anak sedang dilanda musibah. "Tempat pertama bagi saya untuk mencurahkan setiap permasalahan adalah mereka orang tua. Semua rahasia saya, mereka juga tahu."

Karenanya, saya menganggap orang tua bukan semata sebagai orang yang melahirkan dan membesarkan. "Mereka juga bisa dijafikan teman, guru, dan sekaligus sahabat."

Diakui atau tidak, peranan orang tua begitu besar dan nyata bagi anak. Karenanya, tak heran kalau Rasulullah saw sampai mengibaratkan, surga berada dibawah telapak kaki ibu. Dengan kata lain, siapa ya.g mau mengejar surga, berbuat baiklah kepada orang tua.

Wujud berbakti kepada orang tua bisa beragam. Di antaranya tidak menyakiti mereka, baik secara fisik maupun non fisik. Allah berfirman:

Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. (QS al-Isra': 23)
Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (QS al-Isra': 24)

Jika kita baca tafsir surah al-Isra' diatas, kalau mengatakan "ah" saja kita dilarang, apalagi berucap lebih kasar dari itu.

Bahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Buhhari dan Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash dinyatakan, seaeorang yang memaki orang lain hingga orang lain itu memaki orang tuanya sama halnya ia memaki orang tuanya sendiri dan itu merupakan dosa.

Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah mengatakan, "siapa yang menyebabkan kedua orang tuanya marah marah dan menangis, maka dia harus mengembalikan keduanya agar bisa tertawa (senang) kembali," (Ghadzaul Albaab 1/382).

Karenanya para ulama islam sepakat bahwa hukum berbuat baik (berbakti) pada kedua orang tua wajib. "Birrul Walidain (berbakti kepada kedua orang tua) adalah fardhu (wajib bagi masing-masing individu)," ujar Ibnu Hazm penulis kitab besar di bidang fiqh, al-Muhalla.

namun kepatuhan ini tetap saja ada batasnya. Kepatuhan terhadap orang tua hanya berlaku bagi hal-hal yang dihalalkan. Qadhi Iyyad, seorang ulama dalam mazhab Maliki mengingatkan, "Birrul adalah wajib pada selain perkataan yang haram," (Ghadzaul Albaab 1/382).

Allah juga berfirman "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu kentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya..." (QS Luqman: 15)

Oke Mungkin itu saja artikel Mengejar Surga Di Telapak Kaki Ibu semoga tulisan ini bisa bermanfaat untuk pembaca semua. Sekian dari saya Wassalam...