Pesona Wisata Malino: Sarat Sejarah, Alamnya Indah
Malino adalah sebuah kawasan kecil di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Secara administrasi, kawasan mungil ini masuk dalam kecamatan Tinggi Moncong.
Table of Contents
Ask.web.id - Terbentang luas dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote, negeri ini dilimpahi dengan kekayaan hayati yang sungguh menarik hati. Setiap pulau, bahkan setiap tempat di negeri ini memiliki keunikan alamnya tersendiri. Rasanya tak akan cukup waktu seumur hidup untuk menuliskan seluruh keelokan Tanah Air. Namun, paling tidak kita bisa menuliskan beberapa keindahan alam di beberapa sudut negeri ini. Nah, kali ini Neisha bakal berbagi cerita soal keindahan alam Sulawesi Selatan, tepatnya Gowa. Apa yang menarik dari kabupaten yang terletak tak jauh dari Kota Makassar itu? Berikut Neisha ajak mengintip pesona Malino, sebuah tempat yang sarat nilai sejarah sekaligus memiliki panorama alam indah.
Di mana itu Malino?
Bagi traveler yang suka ‘blusukan’ ke berbagai penjuru negeri ini, tentu sudah tak asing dengan nama tempat yang baru saja disebutkan. Namun, mungkin bagi sobat yang selama ini belum coba menjelah Bumi Anging Mammiri tersebut, mungkin nama tersebut agak asing.
Well, agar penasaranmu tak semakin menggebu, Neisha akan mengupas soal Malino terlebih dahulu. Ya, Malino adalah sebuah kawasan kecil di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Secara administrasi, kawasan mungil ini masuk dalam kecamatan Tinggi Moncong. Berjuluk Kota Bunga, Malino berjarak sekitar 63 kilometer dari Makassar. Waktu tempuh ke Malino dari Kota Makassar sekitar 2 jam menggunakan kendaraan bermotor atau mobil.
Menuju Malino: Anti Bosan, Sangat Berkesan!
Menilik jaraknya dan waktu tempuhnya dari Makassar memang cukup lumayan. Namun, jangan sobat bayangkan perjalanan akan membosankan, ya! Sebaliknya, perjalanannya sangat nagih! Lho kok?!
Sepanjang perjalanan, sobat akan dimanjakan dengan berbagai keindahan alam dan keunikan aktivitas penduduk setempat. Melaju dari Kota Makassar, melintasi Sungguminasa—ibu kota Gowa, perjalanan ke Malino bakal melintasi jalan yang semakin naik alias menanjak. Jalan besar yang dilewati bernama Jalan Poros Malino.
Tak seberapa jauh melintas setelah memasuki wilayah kabupaten Gowa, pemandangan alam mengesankan segera tersuguh. Adalah Bendungan Bili-bili yang memegang peranan penting sebagai penyedia air di kawasan sekitarnya. Pepohonan rindang yang tumbuh di sekitar danau tampak begitu menyejukan mata. Semakin ke atas, rumah-rumah penduduk akan semakin jarang. Meski demikian, pemandangan bakal semakin menakjubkan!
Sobat bakal menjumpai Sungai Jeneberang yang berhulu di Gunung Bawakaraeng dan Lompobattang serta bermuara di Selat Makassar. Justru saat melintasinya di musim kemarau, pemandangan sangat cantik. Menyusutnya debit air membuat permukaan sungai terlihat. Tampak hamparan batu-batu bulat besar dan sedang di dasar sungai. Pemandangan ini sungguh sangat sayang jika haus luput dari bidikan kamera! So, pastikan kameramu on ya sobat!
Perjalanan terus beranjak dan sobat bakal menjumpai pepohonan pinus mulai berderet di kanan kiri jalan. Sesekali pohon bunga Spathodea mulai terlihat. Bunga yang namanya baru saja disebut berwarna oranye.
Semakin mendekati Kota Malino, sobat harus siap-siap memasang ‘mata’. Pasalnya, setiap jengkalnya sungguh penuh keindahan. Salah satunya adalah SMP N 1 Tinggi Moncong. Sekilas tak ada yang spesial dengan bangunan SMP itu. Namun, jika diperhatikan seksama akan terlihat nuansa Belanda begitu kental menghiasi bangunan tersebut. Hal ini lantaran bangunan sekolah tersebut pada masa lalu adalah bekas Gedung Kinderen Vacantie Koninklijk (KVK). Pada tahun 1946 gedung ini pun beralih fungsi menjadi markas Koninklijk Marine atau Angkatan Laut Belanda. Bangunan yang satu ini juga jangan sampai tidak difoto ya!
Ada pula Makam Pahlawan Benteng Tinggia. Kesan pertama mendengar kata ‘makam’, mungkin yang terbeslit adalah seram. Namun, keadaan ini tak berlaku di makam pahlawan yang satu ini. Saat melewatinya siang hari, sobat bakal melihat sekeliling makam yang sangat sejuk dengan tumbuhan pinus. Kondisinya pun rapi dan bersih.
Memasuki Malino: Kota Bunga yang Sarat Sejarah
Malino menjadi begitu tenar sejak dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda, yaitu pada 1927 sebagai tempat peristirahatan. Tak mengherankan jika kemudian kini masih banyak bangunan bergaya Belanda berdiri dan menjadi saksi bisu sejarah. Prasasti Malino 1927 pun dapat terlihat jelas di tepi jalan menuju Kota Malino.
Lebih dari 1000 jenis bunga konon tumbuh di kota yang sarat dengan sejarah ini. Mayoritas dari bunga tersebut pun konon juga tumbuh di Belanda. Salah satunya adalah bunga Spathodea yang tampak cantik dengan warna oranye. Warna oranye dari bunga itu sendiri konon diidentikan dengan warna kesukaan ratu Belanda.
Sungguh di tempat ini, sobat bisa melihat keindahan bunga-bunga ‘Belanda’ di Indonesia lengkap dengan segudang bangunannya yang yang klasik. Wow menakjubkan bukan?!
Malino dan Sejarah Penting Negeri Ini
Sejarah penting Malino tak hanya di ‘zaman Belanda’. Memasuki masa awal kemerdekaan, Malino dijadikan sebagai tempat konferensi Malino, tepatnya pada tanggal 15-25 Juli 1946. Konferensi yang diselenggarakan oleh Van Mook ini bertujuan untuk membentuk negara federasi kecil di kawasan Indonesia Timur, seperti Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil (Bali dan Nusa Tenggara).
Malino kembali mencatatkan namanya adalah sejarah penting Indonesia pada 20 Desember 2001 menyusul diselenggarakannya Deklarasi Malino 1 yang mengakhiri konflik di Poso, Sulawesi Tengah. Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada 13 Februari 2002, Malino kembali ‘punya hajat’ yaitu, sebagai tempat Deklarasi Malino II yang mengakhiri konflik di Ambon, Maluku. Hmm… begitu panjang dan penting ya sejarah kota ini?!
Banyak Destinasi Wisata Menarik
Bukan saja lekat dengan sejarah, Malino melainkan juga lekat dengan julukan sebagai destinasi wisata favorit masyarakat Sulawesi Selatan. Hal ini tak terlepas dari banyaknya objek wisata yang dimiliki eks Kota Belanda ini. Di tempat ini, sobat bisa dengan mudah menemukan penginapan dari yang di banderol murah hingga yang mahal. Di kota mini ini pula, sobat bisa melakukan wisata alam, budaya, sejarah sekaligus kuliner.
Sobat yang ingin melancong bersama keluarga dan pasangan bisa mencoba bertandang ke Hutan Pinus Malino. Selain menikmati sejuknya hawa hutan pinus, di tempat ini sobat juga bisa berkuda atau menikmati kuliner panas di warung-warung di sekitar objek wisata.
Nah, Sobat yang suka wisata air, bisa langsung meluncur ke air terjun Takapala. Hawa sejuk, jatuhnya air dari ketinggian yang membentur dinding tebing berbatu kota sungguh sangat menawan! Paling sedap menikmati keindahannya sembari ngopi atau ngeteh ‘ditemani’ ubi goreng atau pisang goreng. Edede… enaknya..
Sobat yang suka ngeteh, bisa mencoba berkunjung ke Malino Highlands. Di tempat tersebut, sobat bisa puas merasakan sensasi hawa pegunungan lengkap dengan nyruput teh yang asli dipetik dari perkebunan. Wah-wahh.. sueger dan suedeeep ya!
Masih belum puas? Coba kunjungi Taman Wisata Holyland Malino. Taman ini memiliki gedung eksotis yang merupakan replika Holyland yang ada di Israel. Weleh-weleh, di Malino rupanya tak hanya merasankan sensasi ‘Belanda’, tetapi juga Israel ya? Cmk..cmk…. bagaimana sobat yakin tak ingin segera melaju ke Malino?! (y)
Tag: Pesona Malino: Sarat Sejarah, Alamnya Indah, Malino, jalan poros Malino, Anging Mammiri, Kota Makassar, Makassar, Malino Higlands, Pesanggarahan Malino, Hutan Pinus Malino.